CERITA PETANI. Kalo kang Hakimtea pernah menulis tentang Sandra Dewi Ngeblog. Emang kan Akim tau dari mana kalo Mbak Dede (katanya panggilan sayang Akang sama Mbak Sandra Dewi) ngeblog. Yang dengan segala cerita dan impiannya kang Hakimtea mengisahkan kronologis kejadian dimana Mbak Dede minta ijin sama kang Akim untuk membuat blog.
Di sisi lain di sebuah desa terpencil, hidup sepasang suami istri dengan keluarganya yang harmonis. Dua anak yang masih imut yang selalu menjadi penggugah rasa kangen si bapak kepada keluarga saat berada di tempat kerja menjadi pelengkap kebahagiaan suami istri tersebut. Sebagai seorang petani nyata, bukan petani maya bapak tersebut tidak bisa terlalu mengharapkan hasil panen yang melimpah dari sawahnya yang sempit. Bayangkan dengan ukuran sawah yang hanya 1×1 M, paling hanya 0.3 kg saja bisa dihasilkan dari sawah tersebut. Bapak juga tidak pernah menaburi padinya dengan pupuk kimia bantuan dari Pemerintah, hanya ditaburi dengan kotoran sapi, kotoran kelinci, sudah bisa menghasilkan. Maha Suci Allah atas segala Kemurahan-Nya.
Ada banyak ikan dan belut dalam sawah kecil tersebut, "Agar anak-anaknya krasan dan mau menjadi petani" katanya pada suatu hari. Benar saja ternyata anak-anaknya sangat menyukainya, sebab tiap hari bisa melihat ikan dan padi begitu keluar rumah.
Pernah pada suatu ketika si Bapak lagi duduk sendirian sambil makan kwaci berangan-angan untuk menjadi caleg. Tapi angan-angan itu dia tepis sendiri dengan berkata: "Dengan ekonomi yang serba pas-pasan kayak gini, apakah seandainya nanti kalau aku terpilih menjadi anggota legislatif, aku bisa memikirkan rakyatku". Mungkin alangkah baiknya seseorang, sebelum mencalonkan diri sebagai anggota legislatif punya prinsip "Kaya Dulu Baru Menjadi Caleg Bebas Korupsi" biar nanti setelah menjadi anggota legislatif beneran beliau bisa sepenuh hati memikirkan rakyatnya, nggak mikir "Gimana Caranya Mengembalikan Modal Kampanye" yang buntut-buntutnya korupsi. Wah... kalau semua caleg punya pikiran kayak bapak ini mungkin nggak ada korupsi di negara ini.
Sorry kalau ceritanya gak nyambung dan amburadul alias wagu dan ndak boleh ditiru, emang disengaja (biar ndak di copas he...he...). Dan berhubung si penulis lagi belajar cara menulis lewat blog dengan benar maka mohon kritik, saran, komentar dan pembelajarannya. Terima kasih
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Di sisi lain di sebuah desa terpencil, hidup sepasang suami istri dengan keluarganya yang harmonis. Dua anak yang masih imut yang selalu menjadi penggugah rasa kangen si bapak kepada keluarga saat berada di tempat kerja menjadi pelengkap kebahagiaan suami istri tersebut. Sebagai seorang petani nyata, bukan petani maya bapak tersebut tidak bisa terlalu mengharapkan hasil panen yang melimpah dari sawahnya yang sempit. Bayangkan dengan ukuran sawah yang hanya 1×1 M, paling hanya 0.3 kg saja bisa dihasilkan dari sawah tersebut. Bapak juga tidak pernah menaburi padinya dengan pupuk kimia bantuan dari Pemerintah, hanya ditaburi dengan kotoran sapi, kotoran kelinci, sudah bisa menghasilkan. Maha Suci Allah atas segala Kemurahan-Nya.
Ada banyak ikan dan belut dalam sawah kecil tersebut, "Agar anak-anaknya krasan dan mau menjadi petani" katanya pada suatu hari. Benar saja ternyata anak-anaknya sangat menyukainya, sebab tiap hari bisa melihat ikan dan padi begitu keluar rumah.
Pernah pada suatu ketika si Bapak lagi duduk sendirian sambil makan kwaci berangan-angan untuk menjadi caleg. Tapi angan-angan itu dia tepis sendiri dengan berkata: "Dengan ekonomi yang serba pas-pasan kayak gini, apakah seandainya nanti kalau aku terpilih menjadi anggota legislatif, aku bisa memikirkan rakyatku". Mungkin alangkah baiknya seseorang, sebelum mencalonkan diri sebagai anggota legislatif punya prinsip "Kaya Dulu Baru Menjadi Caleg Bebas Korupsi" biar nanti setelah menjadi anggota legislatif beneran beliau bisa sepenuh hati memikirkan rakyatnya, nggak mikir "Gimana Caranya Mengembalikan Modal Kampanye" yang buntut-buntutnya korupsi. Wah... kalau semua caleg punya pikiran kayak bapak ini mungkin nggak ada korupsi di negara ini.
Sorry kalau ceritanya gak nyambung dan amburadul alias wagu dan ndak boleh ditiru, emang disengaja (biar ndak di copas he...he...). Dan berhubung si penulis lagi belajar cara menulis lewat blog dengan benar maka mohon kritik, saran, komentar dan pembelajarannya. Terima kasih
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Mohon komentar dengan sopan, SARA atau menaruh LINK Aktif di kotak komentar tidak akan muncul
Show EmoticonHide Emoticon